Selasa, 13 Januari 2009

PERAN TELEVISI DALAM KASUS PERILAKU PROSOSIAL
ANAK-ANAK

Latar Belakang

Makin maraknya siaran televisi saat ini, makin besar pula kemungkinan efek yang ditimbulkan dari pesan yang disampaikan televisi tersebut. Apalagi bagi anak-anak, kehadiran siaran televisi selain bisa dijadikan sebagai alat bermain, juga sebagai salah satu teman setia ketika mereka merasa kesepian atau tidak punya kegiatan. Bahkan mereka cenderung mencari sesuatu yang menyenangkan bagi dirinya. Selama ini televisi cenderung dikenal membuat efek buruk (antisosial) anak-anak tanpa melihat bahwa televisi juga dapat membuat efek positif (prososial) anak-anak.
Perilaku prososial adalah perilaku yang memiliki konsekuensi positif, perilaku prososial sebagai tindakan yang ditujukan untuk memberi bantuan atau kebaikan pada orang lain atau kelompok orang tanpa mengharapkan balasan dengan cara-cara yang cenderung mentaati norma sosial. Tindakan itu kadang-kadang memerlukan pengorbanan atau resiko pada diri si pelaku.
Orang yang prososial sama dengan orang yang sosial yaitu mereka yang perilakunya mencerminkan keberhasilan di dalam tiga proses sosialisasi, dimana proses sosialisasi itu sendiri adalah belajar berperilaku yang dapat diterima secara sosial, memainkan peran sosial yang dapat diterima, dan perkembangan sikap sosial, sehingga mereka cocok dengan kelompok tempat mereka menggabungkan diri dan diterima sebagai anggota kelompok.
Perilaku anti sosial adalah orang non sosial yang tidak mengetahui apa yang dituntut oleh kelompok sosial sehingga berperilaku yang tidak memenuhi tuntutan sosial. Oleh karena itu, mereka tidak diterima oleh kelompok dan terpaksa menggunakan sebagian besar waktu mereka untuk berada seorang diri.
Dalam hal ini televisi sebenarnya juga memiliki efek positif bagi anak-anak, bila melihat dari sisi positifnya televise juga dapat dijadikan sarana belajar misalnya televise juga menyiarkan berbagai macam kuis-kuis yang berhubungan dengan pendidikan di sekolahan, didalam sebuah film kartunpun sebenarnya juga terdapat nilai-nilai positif untuk anak-anak, bila kita melihat pada sisi positifnya karena kebanyakan banyak orang menilai dari segi negatifnya saja.

Perumusan Masalah
Dengan melihat latar belakang masalah maka dirumuskan masalah, yaitu Apakah televisi berperan dalam perubahan perilaku prososial anak-anak?

TEORY
Teori kultivasi
Teori kultivasi menyatakan bahwa media, khususnya televisi, memiliki pengaruh yang kuat dalam mengubah persepsi individu tentang realita. Teori kultivasi berpendapat bahwa televisi sangat bertanggungjawab dalam hal perkembangan persepsi tentang norma dan realitas dari hari ke hari (Gerbner, Gross, Morgan & Signorielli, 1980, 1986). Televisi telah menjadi media dimana banyak orang mengembangkan peran dan perilaku yang terstandardisasi. Dunia simbolis yang ditampilkan media, terutama media televisi, akan membentuk dan memelihara (cultivate) konsepsi audience mengenai dunia nyata. Atau dengan kata lain, membentuk dan mempertahankan konstruksi audience mengenai realitas.
Kepopuleran televisi dikarenakan kesederhanaanya dalam menyampaikan pesan, selain itu televisi memiliki unsur visual berupa gambar hidup yang mampu menimbulkan kesan yang mendalam pada penonton disamping unsur kata-kata, musik, dan sound effect (Effendy, 2000 :177). Televisi memiliki pengaruh yang kuat terhadap budaya dan terhadap perilaku individu, misalnya perilaku prososial.
Perilaku Prososial
Perilaku prososial meliputi penampilan seseorang dalam tindakan yang diinginkan atau dikehendaki oleh masyarakat sekitar, seperti mau menolong orang lain, mampu mengontrol sifat agresif, pengungkapan perasaan diri sendiri atau orang lain, mampu melawan godaan (seperti godaan untuk mencontek), pengungkapan perasaan simpati kepada orang lain, mendahulukan kepentingan orang lain, mampu menahan diri dari pengungkapan rasa atau kepuasan diri sendiri, menjalankan tugas sebagaimana mestinya dan menaati peraturan-peraturan yang ada (Tan, 1981: 243). Perilaku prososial adalah perilaku yang memiliki konsekuensi positif (dikutip dari laporan penelitian Televisi Dan Persepsi Anak, Oleh Arif Wibawa & Edwi Arif Sosiawan, 1997). Perilaku prososial sebagai tindakan yang ditujukan untuk memberi bantuan atau kebaikan pada orang lain atau kelompok orang tanpa mengharapkan balasan dengan cara-cara yang cenderung mentaati norma sosial. Tindakan itu kadang-kadang memerlukan pengorbanan atau resiko pada diri si pelaku.

PEMBAHASAN
Menurut penelitian beberapa film kartun Jepang, seperti Sailor Moon, Dragon Ball dan Magic Knight Ray Earth ditemukan bahwa film tersebut banyak mengandung adegan anti sosial (58,4%) daripada adegan prososial 41,6%). Studi ini menemukan bahwa kategori perlakuan anti sosial yang paling sering muncul berturut-turut adalah berkata kasar (38,56%), mencelakakan (28,46%)dan pengejekan (11,44%). Sementara itu kategori prososial, perilaku yang kerap kali muncul adalah kehangatan (17,16%), kesopanan (16,05%), empati (13,43%)dan nasihat 13,06%). Sementara itu, penelitian yang dilakukan Yayasan Kesejateraan Anak Indonesia bekerjasama dengan Litbang Departemen Penerangan juga menunjukkan bahwa film anak-anak di televisi tidak sepenuhnya mengandung adegan anti sosial, melainkan juga adegan prososial. Penelitian tersebut menemukan, dari 193 3 episode film yang diteliti terdapat 1.984 (48%) adegan prososial dan 2.883 (52%) adegan anti sosial (http://www.Pustekkom.go.id:). Menurut hasil penelitian Hurlock (dalam Hidayati, 1998 : 76), anak kelas sekolah dasar biasanya menyukai pertunjukan boneka, film koboy, misteri, humor, suasana kehidupan keluarga, dan acara kuis dan biasanya menyukai acara yang imajinatif, seperti tentang roket dan kendaraan ruang angkasa, show, cerita misteri, detektif, drama, dan musik. Anak kelas lima lebih cenderung pada acara yang bersifat ilmu pengetahuan dan hasta karya, termasuk juga menyenangi acara yang imajinatif dan film-film. Mengapa televisi diduga bisa menyulap sikap dan perilaku masyarakat, terutama pada anak-anak. Menurut Skomis (dalam Antara Televisi, Anak, dan Keluarga (Sebuah Analisis).
http://www.Pustekkom.go.id/teknoPengarah.htm)

Perilaku prososial meliputi penampilan seseorang dalam tindakan yang diinginkan atau dikehendaki oleh masyarakat sekitar, seperti mau menolong orang lain, mampu mengontrol sifat agresif, pengungkapan perasaan diri sendiri atau orang lain, mampu melawan godaan (seperti godaan untuk mencontek), pengungkapan perasaan simpati kepada orang lain, mendahulukan kepentingan orang lain, mampu menahan diri dari pengungkapan rasa atau kepuasan diri sendiri, menjalankan tugas sebagaimana mestinya dan menaati peraturan-peraturan yang ada (Tan, 1981: 243). Perilaku prososial adalah perilaku yang memiliki konsekuensi positif (dikutip dari laporan penelitian Televisi Dan Persepsi Anak, Oleh Arif Wibawa & Edwi Arif Sosiawan, 1997).