Teknologi media dalam berkomunikasi memang sangat menjanjikan kecepatan dan ketepatan penyampaian pesan kepada banyak orang-orang dalam yang bersamaan. Kemampuannya dalam hal kualitas memang tidak diragukan. Terutama adalah pemakaiannya yang sangat mudah dan sederhana. Namun yang dikhawatirkan dan selalu menjadi permasalahan adalah pemerataan jumlah alat dan pengetahuan/kecakapan menggunakannya. Adalah teknologi informasi penciptaan dan pengembangannya lebih banyak dikuasai oleh negara-negara maju seperti di Amerika Serikat, Jepang, Taiwan dan Singapura. Keberhasilan semacam itu dimungkinkan karena mereka memiliki kemampuan dan kondisi modal yang mapan. Riset dan pengembangan (R&D) banyak disokong oleh pemerintah di kampus-kampus dan dilaksanakan oleh kalangan akademis. Selain itu memang kemampuan akademis dan IQ negara-negara itu lebih unggul. Inilah perbedaan utama dengan negara-negara berkembang. Akibatnya perkembangan teknologi informasi yang terbaru sulit dipakai merata di masyarakat. Itupun masih dalam tataran sebagai pemakai (user) belum dalam taraf mengembangkan atau menciptakan.
Sebagian masyarakat di negara berkembang masih mengandalkan komunikasi interpersonal dalam aktivitasnya sehari-hari. Hal yang berbeda dengan di AS, setiap rumah tangga, kantor, sekolah sudah menggantungkan hidupnya pada internet, telepon seluler, laptop, PDA dan lain sebagainya. Di sana komunikasi dengan menggunakan peralatan demikian, adalah sesuatu yang wajar dan menjadi bagian dari aktivitas yang hidup dan profesi yang memang membutuhkan kecepatan dan ketepatan. Salah satu tolak ukur kemajuan sebuah negara adalah sampai di mana ia menguasai teknologi dan ilmu pengetahuan dengan mantap, konprehensif dan total. Termasuk tentu saja teknologi komunikasi. Sebab, komunikasi memang kebutuhan dalam menjalani kehidupan yang dinamis menuju peradaban yang lebih maju. Demi mempercepat, menuju itulah teknologi media/informasi/komunikasi semakin dibuat canggih dan seterusnya demikian demi menjawab tantangan berkomunikasi yang lebih efektif.
Komunikasi lewat teknologinya sangat mempengaruhi pengetahuan, cara berpikir dan tingkah laku masyarakat. Informasi yang sampai sedemikian cepatnya, membuat teknik berpikir manusia semakin sederhana dan mudah. Berita-berita dan informasi terhangat dari seluruh dunia tersaji di depan mata sedetik setelah kejadian di dalamnya itu berlangsung. Hangat dan segar bisa dinikmati lewat koran pagi dan internet. Cepat dan mudah. Beberapa dampak dari kemajuan teknologi informasi ini secara sosial dampak yang diakibatkan adalah semakin besarnya potensi manusia untuk mengalami alienation. Munculnya keterasingan ini karena manusia meras dirinya tidak berdaya dan hanya sekedar menjadi "budak" dari teknologi ini yang pada gilirannya bisa mengakibatkan munculnya proses dehumanisasi, karena teknologi yang pada dasarnya adalah buah ciptaan manusia yang diharapkan akan mampu menjadi pihak yang aktif untuk memuaskan keinginannya ternyata justru membuatnya menjadi sumber ketergantungan dan lebih buruk lagi sebagai tujuan akhir dimana orientasi dirinya diserahkan (Kuntowijoyo, 1987: 81-4). Dunia maya yang menawarkan privasi yang tinggi dalam teknologi informasi kemudian tidak lebih justru menjadikan manusia menjadi "sendiri" karena hilangnya semangat dan nilai-nilai komunitas dalam masyarakat nyata. Akibatnya individualisme semakin berkibar yang celaknya mengurangi nilai kemanusiaan itu sendiri.
1. Nilai dan makna pendidikan tidak lagi diarahkan untuk mengatasi illiteracy tetapi lebih banyak dipakai sebagai sarana eksploitasi rasional terhadap peluang yang ada dalam masyarakat.
2. Dalam masyarakat tidak diperlukan lagi adanya kepemimpinan sosial, karena yang lebih mengemuka adalah bagaimana masing-masing individu harus mampu memiliki dan meninigkatkan skill dan bakat intelektualnya sebagai saran untuk meraih keberhasilan dalam kompetisi yang ketat ini. Ilmu dan pengetahuan kemudian tidak lebih hanya dijadikan sebagai alat untuk meraih kekuasaan.
3. Dalam rangka memaknai masalah sosial lebih banyak didasarkan pada pemikiran pemecahan masalah yang pragmatis yang bersifat parsial, dimana dalam hal ini sudah tidak diperlukan lagi adanya ideologi yang mampu menjawab semua persoalan sosial yang (akan) muncul.
Satu sikap yang seharusnya selalu dijaga dan dikembangkan adalah bahwa kemajuan teknologi informasi pada dasarnya harus tetap menjadi pelayan dari penciptanya, dan bukannya justru menjadi tuan kepada siapa manusia menghamba kepada nilai dan kepentingan yang ada secar inheren dibalik kemajuan teknologi informasi ini. Karena itu, bagi kita di Indonesia khususnya dalam melihat kemajuan yang dahsyat dalam kemajuan teknologi informasi ini adalah bagaimana kita mampu tetap menempatkannya sebagai pelayan dimana dampak yang diakibatkannya adalah yang sesuai dengan keinginan kita sebagai majikan.
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar